Jumat, 30 Oktober 2015

Apa itu WAHABI??

Bismillaah.

Beberapa waktu lalu, ada pesan masuk di What's App. Mengirim2 gambar2 yang menghina dakwah tauhid dan menjelek2an kata "Salaf". Dan juga mengirim tulisan yang berisikan pendapat dia tentang hadist nabi Sholallohu 'alaihi wasallaam. (yah, hanya tersenyum-senyum membacanya, mungkin merasa keren dan ahli hadits kali yahh, sampai punya pendapat sendiri wkwkwk... subhanalloh...)
Aku tak mengenal orang itu, ia mengaku namanya Anis* dan mau ngajak ketemuan. (ihhh serem banget kan, nanti aku dibrain wash lagi).
Katanya, jangan tertipu kata-kata manis WAHABI. (nah dari sini sudah jelas tujuannya apa, dan kok bisa tau nomor WA aku yah? segitu hebat yah niat dan usaha mereka. langsung tau siapa aku, ternyata ada yang memperhatikan dan mengawasi, hihi sok sweet yah...)

Akupun bercerita dengan ummahat di grup WA Sharing Assunnah, yang pesertanya dari Sukabakti (aku doang ding dari sukabakti), dari perumahan Griya Karawaci, Binong dan Taman Ubud Karawaci. Yang memang kita sering bertemu di majlis 'ilmu di Masjid An Nur kampus Pramita Karawaci, atau dulu saat aku masih bisa hadir kajian di Masjid Al Hidayah Lippo Karawaci (belakang Apartemen Amartapura). Ternyata Ummu Lutfan juga sering diteror seperti itu. karena no. hp beliau menjadi CP untuk info2 kajian sehingga "mereka" langsung menjadikan beliau target untuk hujatan dan cacian serta kabar-kabar yang tidak jelas. Banyak juga yang sengaja untuk berdebat, maka saran dari Beliau adalah tinggalkan dan kalo bisa blok aja no wa nya biar gak "nyampah" dan mengotori hati kita dengan kata-kata jelek mereka.

Akupun heran, kok ada yah yang seperti itu, yang kerjaannya memfitnah, mengkoreksi dalil dan hadits sesuai pendapat mereka. ini dalil loh bukan hanya sekedar tulisan dibuku atau skripsi seseorang.
sebuah buku ataupun skripsi saja ada sumbernya, harus jelas referensinya. nah bagaimana bisa dia mengKOREKSI hadist nabi sholallohu 'alaihi wasallaam. Yang bahkan para ulama dalam mengkaji hadist harus merunutkan riwayat dan perawinya, bagaimanan kedudukan hadist itu, pada saat kejadian apa hadist itu disampaikan, bahkan tafsir hadist pun ada Prodi tersendiri di fakultas2 ilmu islam.

Siapa kita sih... yah yang 'ilmunya tidak ada setitik, yang amalnya tidak ada setetes, yang cintanya tidak ada seujung jarum, berani melangkahi hadist nabi dengan mulut kesombongan dan kesoktahuan demi melakukan nafsu dan kebiasaan yang salah, demi menghalalkan dan membolehkan kelakuan yang dianggap itu adalah ibadah. (mbok yaa nurut gitu apa kata nabi...)

Jadi, karna hal itu mari mencari tahu apa itu isu wahabi, semoga kita terhindar dari fitnah dan faham dengan kabar2 burung yeng berterbangan. dan dijauhi dari sifat ikut2an. kecuali ikutan Nabi Muhammas Sholallohu 'Alaihi Wasallaam.

**Selamat membaca, baarokalloh fiikum**



إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فإن أصدقَ الحديث كتاب الله وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم وشرَّ الأمور محدثاتها وكلَّ محدثة بدعة وكلَّ بدعة ضلالة وكلَّ ضلالة في النار، أما بعد ؛
Pertama dan utama sekali kita ucapkan puji syukur kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada kesempatan yang sangat berbahagia ini kita dapat berkumpul dalam rangka menambah wawasan keagamaan kita sebagai salah satu bentuk aktivitas ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Kemudian salawat beserta salam buat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah bersusah payah memperjuangkan agama yang kita cintai ini, untuk demi tegaknya kalimat tauhid di permukaan bumi ini, begitu pula untuk para keluarga dan sahabat beliau beserta orang-orang yang setia berpegang teguh dengan ajaran beliau sampai hari kemudian.

Selanjutnya tak lupa ucapan terima kasih kami aturkan untuk para panitia yang telah memberi kesempatan dan mempercayakan kepada kami untuk berbicara di hadapan para hadirin semua pada kesempatan ini, serta telah menggagas untuk terlaksananya acara tabliq akbar ini dengan segala daya dan upaya semoga Allah menjadikan amalan mereka tercatat sebagai amal saleh di hari kiamat kelak, amiin ya Rabbal ‘alamiin.
Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, panitia telah mempercayakan kepada kami untuk berbicara dengan topik: Apa Wahabi Itu?, semoga Allah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kami dalam mengulas topik tersebut.
Pertanyaan yang amat singkat di atas membutuhkan jawaban yang cukup panjang, jawaban tersebut akan tersimpul dalam beberapa poin berikut ini:
  • Keadaan yang melatar belakangi munculnya tuduhan wahabi.
  • Kepada siapa ditujukan tuduhan wahabi tersebut diarahkan?.
  • Pokok-pokok landasan dakwah yang dicap sebagai wahabi.
  • Bukti kebohongan tuduhan wahabi terhadap dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
  • Ringkasan dan penutup.
Keadaan yang Melatar Belakangi Munculnya Tuduhan Wahabi
Para hadirin yang kami hormati, dengan melihat gambaran sekilas tentang keadaan Jazirah Arab serta negeri sekitarnya, kita akan tahu sebab munculnya tuduhan tersebut, sekaligus kita akan mengerti apa yang melatarbelakanginya. Yang ingin kita tinjau di sini adalah dari aspek politik dan keagamaan secara umum, aspek aqidah secara khusus.
Dari segi aspek politik Jazirah Arab berada di bawah kekuasaan yang terpecah-pecah, terlebih khusus daerah Nejd, perebutan kekuasaan selalu terjadi di sepanjang waktu, sehingga hal tersebut sangat berdampak negatif untuk kemajuan ekonomi dan pendidikan agama.
Para penguasa hidup dengan memungut upeti dari rakyat jelata, jadi mereka sangat marah bila ada kekuatan atau dakwah yang dapat akan menggoyang kekuasaan mereka, begitu pula dari kalangan para tokoh adat dan agama yang biasa memungut iuran dari pengikut mereka, akan kehilangan objek jika pengikut mereka mengerti tentang aqidah dan agama dengan benar, dari sini mereka sangat hati-hati bila ada seseorang yang mencoba memberi pengertian kepada umat tentang aqidah atau agama yang benar.
Dari segi aspek agama, pada abad (12 H / 17 M) keadaan beragama umat Islam sudah sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri, terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali di sana sini praktek-praktek syirik atau bid’ah, para ulama yang ada bukan berarti tidak mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh arus gelombang yang begitu kuat dari pihak yang menentang karena jumlah mereka yang begitu banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung praktek-praktek syirik dan bid’ah tersebut demi kelanggengan pengaruh mereka atau karena mencari kepentingan duniawi di belakang itu, sebagaimana keadaan seperti ini masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat Islam, barangkali negara kita masih dalam proses ini, di mana aliran-aliran sesat dijadikan segi batu loncatan untuk mencapai pengaruh politik.
Pada saat itu di Nejd sebagai tempat kelahiran sang pengibar bendera tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sangat menonjol hal tersebut. Disebutkan oleh penulis sejarah dan penulis biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa di masa itu pengaruh keagamaan melemah di dalam tubuh kaum muslimin sehingga tersebarlah berbagai bentuk maksiat, khurafat, syirik, bid’ah, dan sebagainya. Karena ilmu agama mulai minim di kalangan kebanyakan kaum muslimin, sehingga praktek-praktek syirik terjadi di sana sini seperti meminta ke kuburan wali-wali, atau meminta ke batu-batu dan pepohonan dengan memberikan sesajian, atau mempercayai dukun, tukang tenung dan peramal. Salah satu daerah di Nejd, namanya kampung Jubailiyah di situ terdapat kuburan sahabat Zaid bin Khaththab (saudara Umar bin Khaththab) yang syahid dalam perperangan melawan Musailamah Al Kadzab, manusia berbondong-bondong ke sana untuk meminta berkah, untuk meminta berbagai hajat, begitu pula di kampung ‘Uyainah terdapat pula sebuah pohon yang diagungkan, para manusia juga mencari berkah ke situ, termasuk para kaum wanita yang belum juga mendapatkan pasangan hidup meminta ke sana.
Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di Jazirah Arab.
Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat bahaya.” Dalilnya firman Allah:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik.” (QS. al-Ankabut: 65)
Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada Allah dan melupakan berhala atau sesembahan mereka baik dari orang sholeh, batu dan pepohonan, namun saat mereka telah selamat sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik. Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik dalam setiap saat.
Dalam keadaan seperti di atas Allah membuka sebab untuk kembalinya kaum muslimin kepada Agama yang benar, bersih dari kesyirikan dan bid’ah.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
« إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا »
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang memperbaharui untuk umat ini agamanya.” (HR. Abu Daud no. 4291, Al Hakim no. 8592)
Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.
Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal.” (HR. Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)
tepatnya tahun 1115 H di ‘Uyainah di salah satu perkampungan daerah Riyadh. Beliau lahir dalam lingkungan keluarga ulama, kakek dan bapak beliau merupakan ulama yang terkemuka di negeri Nejd, belum berumur sepuluh tahun beliau telah hafal al-Qur’an, ia memulai pertualangan ilmunya dari ayah kandungnya dan pamannya, dengan modal kecerdasan dan ditopang oleh semangat yang tinggi beliau berpetualang ke berbagai daerah tetangga untuk menuntut ilmu seperti daerah Basrah dan Hijaz, sebagaimana lazimnya kebiasaan para ulama dahulu yang mana mereka membekali diri mereka dengan ilmu yang matang sebelum turun ke medan dakwah.
Hal ini juga disebut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya Ushul Tsalatsah: “Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya wajib atas kita untuk mengenal empat masalah; pertama Ilmu yaitu mengenal Allah, mengenal nabinya, mengenal agama Islam dengan dalil-dalil”. Kemudian beliau sebutkan dalil tentang pentingnya ilmu sebelum beramal dan berdakwah, beliau sebutkan ungkapan Imam Bukhari: “Bab berilmu sebelum berbicara dan beramal, dalilnya firman Allah yang berbunyi:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Ketahuilah sesungguhnya tiada yang berhak disembah kecuali Allah dan minta ampunlah atas dosamu.” Maka dalam ayat ini Allah memulai dengan perintah ilmu sebelum berbicara dan beramal”.
Setelah beliau kembali dari pertualangan ilmu, beliau mulai berdakwah di kampung Huraimilak di mana ayah kandung beliau menjadi Qadhi (hakim). Selain berdakwah, beliau tetap menimba ilmu dari ayah beliau sendiri, setelah ayah beliau meninggal tahun 1153, beliau semakin gencar mendakwahkan tauhid, ternyata kondisi dan situasi di Huraimilak kurang menguntungkan untuk dakwah, selanjut beliau berpindah ke ‘Uyainah, ternyata penguasa ‘Uyainah saat itu memberikan dukungan dan bantuan untuk dakwah yang beliau bawa, namun akhirnya penguasa ‘Uyainah mendapat tekanan dari berbagai pihak, akhirnya beliau berpindah lagi dari ‘Uyainah ke Dir’iyah, ternyata masyarakat Dir’iyah telah banyak mendengar tentang dakwah beliau melalui murid-murid beliau, termasuk sebagian di antara murid beliau keluarga penguasa Dir’iyah, akhirnya timbul inisiatif dari sebagian dari murid beliau untuk memberi tahu pemimpin Dir’yah tentang kedatangan beliau, maka dengan rendah hati Muhammad bin Saud sebagai pemimpin Dir’iyah waktu itu mendatangi tempat di mana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang, maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja sama dalam menegakkan agama Allah. Dengan mendengar adanya perjanjian tersebut mulailah musuh-musuh Aqidah kebakaran jenggot, sehingga mereka berusaha dengan berbagai dalih untuk menjatuhkan kekuasaan Muhammad bin Saud, dan menyiksa orang-orang yang pro terhadap dakwah tauhid.
Kepada Siapa Dituduhkan Gelar Wahabi Tersebut
Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.
Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-‘am: 112)
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.
Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qashim: “Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:
  • Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang empat.
  • Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memiliki ilmu.
  • Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
  • Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara ulama adalah bencana.
  • Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
  • Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas kuburan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran ka’bah dengan pancuran kayu.
  • Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
  • Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah dengan selain Allah.
  • Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah: sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan.” (QS. al-Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Mas’ud an-Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Da’awy Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab, 3. Sholeh Fauzan, Min A’laam Al Mujaddidiin, dan kitab lainnya)
-bersambung insya Allah-
*) Penulis adalah Rektor Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafii,  Jember, Jawa Timur
***
Disampaikan dalam tabligh Akbar 21  Juli 2005 di kota Jeddah, Saudi Arabia
Oleh: Ustadz DR. Ali Musri SP *
Artikel www.muslim.or.id

Senin, 19 Oktober 2015

Kartu Undangan

Bismillaah...
Parno Kartu Undangan...

Huaaaafffffhht...
Memelas dada dan bernafas berat...
Membungkam bibir dan bergetar tangan...
Merintih hati, mengasihani diri dan tercubit sadar...
Hei!!! kamu kapan???!!! teriak bayanganku dan teman yang lebih muda dariku!
Geregetttt!! rasanya ingin ku tendang sana, masuk ke gawang dan teriakan dia puas!!
Yah, itu reaksi pertama ketika namaku tertera dalam kartu undangan.
"Nina Tarmila di Tempat"

Ketika sepantaranku, lebih muda dariku, teman-teman sekolahku, rekan kerjaku, tetanggaku,
adik sepupu, teman kajian, teman FB-an, dannnnn orang di pinggir jalan yang sedang hajatan yang terlihat dalam pandangan.
Mereka menikah dengan laki-laki yang menginginkan mereka,
itu sesuatu rasanya..

Ya Alloh, hati ini begitu rapuh...
Ingin menangis, kapan giliranku?? kapan aku dilamar? kapan aku dinikahi?
kapan aku merasakan proses indah itu?
kapan aku dibimbing oleh seorang yang bernama suami?
kapan aku dinafkahi oleh orang yang mau menjadi tulang punggungku?
kapan aku menjadi tulang rusuknya?
bahkan, hati ini menjerit dan iri ketika kajian melihat beberapa pasangan muda dan tua.
yang semangat hadir di majlis ilmu bersama, bahkan dengan anak-anak kecilnya..

Yah, itulah hati yang rapuh...
Lantas akupun berlari, semangat dan membela-belakan waktuku untuk kajian.
Pulang kerha di Rabu malam ba'da maghrib di Masjid An Nur Kampus Pramita Karawaci.
Pulang kerja di Sabtu sore ba'da ashar di Yayasan Syihabussunnah Lagoon Citra Raya.
Hari ahad jika ada info kajianpun akan ku laju si mipink ku. yah jika masih dalam jarak binong-bonang-serpong.

Mengapa kajian??, ya itu pelarianku...
Bukan ke puncak gunung teriak bersama awan, karna gak sanggup jalan naik. (kapok ke ciampea)
Bukan ke pantai, menyaut deburan ombak, karna tak tahu jalan juga kalo kepantai.
Bukan ke dufan, naik wahana adrenalin. karna rupanya teriakan itu hanya sesaat lalu kembali sedih.
Bukan, bukan kemana-mana...

Aku butuh teguran
Aku butuh nasihat
Aku butuh tamparan
Aku butuh penyadaran
Aku butuh guru
Aku butuh orang yang mengenalkanku padaNya
Aku butuh cahaya, dan cahaya itu adalah ilmu.
Aku butuh Alloh...

Di kajian, aku kembali diingatkan.
Bahwa semua tertulis sudah pada lauhul mahfudz, kebahagian dan kesedihan.
Rencana ku dan manusia lainnya akan berakhir sesuai rencana dan kehendakNya
Semua usaha manusia, akan kembali pada garis takdirNya.
Qodarullah, itulah mantra ajaib sebagai penenang diriku.

Di kajian, aku kembali diingatkan.
Belajar semakin bersyukur dan ikhlas.
Apa yang baik menurut mata manusia belum tentu baik dimataNya, pun sebaliknya.
Bersyukur bahwa yang gagal itu ta'arufnya, bukan saat pernikahannya.
Bersyukur, bahwa mungkin ini waktunya untuk lebih berbakti kepada orangtua dan menyenangkan mereka.
Bersyukur bahwa masih ada waktu kesendirian.
Ikhlas bahwa diri ini masih harus menjadi tulang punggung keluarga.
Ikhlas bahwa diri ini masih harus mengantar sukses sang adik tercinta.
Ikhlas bahwa Alloh masih menyayangi kesendirianmu.
Ikhlas bahwa ini semua rencana indahNya.
Ikhlas bahwa Alloh sudah siapkan, jadi no worry.
Ikhlas bahwa yakin nanti jodoh itu pasti bertamu.
Dan semua indah di waktu yang tepat menurutNya...

Fashbiir Shobron Jamiilaa...
 

Bumi cinta
6 Muharram 1437 H/19102015
~Nina Bintu Muchtar~

Kamis, 15 Oktober 2015

Mudah Dikenali (Part 2) Teman baru di SuperMall Lippo Karawaci

Bismillaah...

Mudah Dikenali (Part 2)

Teman baru di SuperMall Lippo Karawaci

Ba'da sholat maghrib berjama'ah, aku dan dia masing-masing berdiri dihadapan cermin yang berdampingan (biasa cewe ciiin, di area sholat tetep lirik-lirik cermin, hihihhh).
Kemudian dia bertanya, "ukh ikut kajian salaf juga??"
"iyah" jawabku singkat dan langsung memberikan tanganku untuk bersalaman sambil mengucap salam.
"Tadi saya lihat di depan, saya kira akhwat tarbiyah, tapi dilihat dari gamisnya bukan." Lanjutnya.
"Hehe, iyah" aku masih tersipu-sipu malu (loooh ga jelas  emang).
"Abis kajian di alhidayah lippo kah? tanyaku cepat.
"Gak, suka dapet jarkomannya?? tanyanya balik.
"iya, tapi skrang bukan habis ngaji sih, tapi baru pulang kerja".
"Oh gitu, kerja dimana?" tanyanya lagi.
"Di wardah".
"Jadi SPG?" tanyanya cepat. (tuing-tuing hihiii wajahku masuk buat jadi SPG kali yaah..)
"Gak, di pabriknya, jadi admin". lagi dia menatap pakaian ku dengan heran, seakan tahu maksudnya akupun memperjelas
"ALhamdulillah boleh pakai gamis dan kerudung lebar, bahkan untuk operator produksi yang wanita muslim wajib pakai kerudung".
"Oh gitu, di daerah mana?, boleh minta pinnya?"
"Daerah Jatake, boleh2". aku keluarkan hapeku.
"Trus dia bilang, anti deh yang invite ana." jawabnya dengan cepat. aku ngangguk-ngangguk.
Percakapan pun masih berlanjut, sampai aku mengakhiri karna aku harus bersegera kembali ke teman2 yang menunggu diluar.

Innalhamdalillaah...
Begitulah seharusnya muslim,
lagi-lagi pakaiannya sebagai identitas diri...
Dulu, iya dulu ketika pertama kali ku mengenal hijab.
hanya memahami menutup aurat itu kerudung yang dipakai harus menutupi dada dan sepasang kaos kakinya,
tidak transparan dan harus longgar, juga tidak menyerupai pakaian laki-laki.
ya hanya sebatas memahami yang penting tertutup.
Hanya sebatas memahami hijab dalam pandangan manusia.
Hanya sebatas hijab sekedar pakaian.

Dulu... aku senang berhijab ketika ABG-ABG lain tampil sexy, apalagi lingkungan sekolahku yang terkenal dengan anak2 bandelnya.
Aku bahkan terdoktrin oleh kata-kata ment*r bahwa wanita berhijab masih bisa cantik dan gaya *astaghfirulloh...
sehingga akupun berusaha cantik dengan baju dan jilbabku,
bersolek dengan jilbab lebar yang cukup tuk menutupi dada sampai pinggul,
sibuk berlomba warna dengan akhwat lain,
berceloteh dengan "ih gamis dia bagus yah, warnanya cantik yah, merek apa, dan bla bla bla...

Hal itupun terbawa sampai aku masuk kuliah, begitu banyak kajian remaja yang bertemakan cinta dan hijab,
yang lagi-lagi isinya warna-warni hijab...
bukankah esensi dari hijab adalah menutup kecantikan?!
Bukan hanya sekedar menutup aurat dan menampakkan perhiasan yang lain!
Bahkan banyak akhwat yang harus membuang malu untuk sekedar meminjam jilbab warna ini dan itu untuk padu padankan pakaian yang dipunyainya,
perbanyak gamis dan jilbab dengan motif yang cantik dan manis. *hiiiks astaghfirulloh...

Justru sekarang aku malu jika mengingat aku pada masa itu,
apalagi jika kembali mengingat bahwa khalifah umar bin khotob rodiallohu anhu yang hanya memiliki 2 gamis,
1 dikenakan dan 1 dalam pencucian. Beliau khalifah... lantas diri ini siapa... hiiiks
malu sangat ketika muslimah di Turki berjuang untuk berhijab melawan aturan kemal attaturk yang melarangnya.
tapi diri ini berhijab untuk cantik dan gaya ikut-ikutan seperti pemain film KCB dan sinetron islami lainnya. (yah jilbab ala-ala artis)
malu sangat ketika muslimah di paris -Francis berjuang untuk mengenakan cadar karena pemerintah mendendanya.
tapi diri ini tak bersyukur kepada pemerintah indonesia yang memberi hak kebebasan beragama pada warganya.
ya, dulu hanya bisa mencaci dan demo sana-sini, hingga sombong jika ada RUU yang di ACC. (bahkan pentolannya mengajarkan untuk banggai itu karena kerja dan usaha kita, heuheu katanya lillaah... tapi hasilnya tetep aja diakui itu karna mereka)

ya itu proses hijrahku dari pakaian itu.
Alloh memberi jalan bagi orang yang IA kehendaki,
mungkin berawal dari beberapa kali ku injakkan kaki ke Islamic Book Fair Jakarta.

mungkin karena keKEPO-an ku yang selalu tingkat tinggi.
aku menjadi penasaran dan semangat pada mereka yang memakai cadar,
dan bertanya dalam hati, juga bergumam dalam lisan.
"Apakah mereka orang arab, atau orang mesir?" sambil mengingat film Ayat-ayat cinta *Looh haha gagal fokus
(tapi dari mata mereka, itu mata orang-orang bumi indonesia)
"Siapakah mereka, apakah mereka anak pesantren?"
(bisa jadi iyah, tapi pesantren mana yah?)

Pertanyaan sederhana itu yang membawaku pada pengertian hijab sesungguhnya.
yang tiba-tiba jawaban itu terlintas pada beranda FB ku,
Beberapa akhwat yang sharing artikel-artikel dari web muslimah.or.id
indahnya hidayah...
hidayah bertebaran dimana-mana hingga Alloh gerakkan hati untuk mengumpulkan pecahan-pecahan itu...
Alhamdulillaah bini'matihi tatimmushshoolihaah...
Yang ternyata aku begitu dekat dengan wanita-wanita perindu surga...
Yang ternyata inilah indahnya ukhuwah islamiyah, walau tak tahu nama dan rupa tapi terikat dalam satu darah islam...
Yang ternyata aku begitu dekat dengan para pengekor salafushsholih...
Yang ternyata dari cercaan itulah aku menemukan mereka...
Sungguh terlanjur indah...

~Bersambung

Sabtu, 10 Oktober 2015

Mudah dikenali

ALIA Bonang

Pencarian itu tak pernah berakhir,
Tak  ada ujung,
Tak kenal batas,
Hingga ternyata petunjuk itu begitu dekat...

Komplek Alia Bonang,
Entah bagaimana sejarahnya dan asal mulanya...
Yang aku tahu adalah, aku sampai pada daerah itu yang tak jauh dari rumah,
Bermodalkan SMS dari seorang ummahat yang memberikan info kajian...

Helloooo ninaaa, ngakunya tinggal di tangerang tapi banyak daerah yang tidak diketahui...
Ya sindir diriku sendiri...

Ku tanya-tanya pedagang di pinggir jalan,
Ku ikuti saran mereka untuk belok sana belok sini,
Hingga ada tanda ALIA dan ku susuri tanda itu,
Pun ada petunjuk lain, aku mengekor orang yang mudah dikenali...

Siapa yang mudah dikenali itu??
Walau tak tahu wajah dan nama, mereka begitu mudah dikenali.
Dikenali dengan pakaian yang mencirikan bahwa mereka muslim dan muslimah,
Celana cingkrang, koko, gamis dan pakaian yang menutupi aurat mereka...
Pakaian sederhana dan kerudung lebar mereka...
"Tuh ka nina... ikutin mereka aja." seru adik kecilku, walau faktanya ia bertubuh lebih besar dariku...
Ya bahkan seorang yang belum belajar tentang bagaimana pakaian yang sesuai sunnah pun dengan mudahnya mengenali.
Karena itulah identitas muslim sejati...

Sepertinya ku semakin dekat dengan ALIA,
Memasuki atmosfir yang berbeda...
Walau bentuk bangunan sama seperti komplek perumahan lainnya,
Ada hal yang membuatnya terasa berbeda...
Ku melihat beberapa toko herbal dan toko pakaian sunnah,
Pun dengan penduduknya yang seliweran dengan pakaian itu tadi...

Wanita- wanita yang menutup aurat sempurna, dengan kerudung lebar mereka dengan semangat bergerak,
Ada mengayuh sepeda, ada yang mengendarai motor, ada yang berjalan kaki, menuju ke arah yang sama...
Indahnya, seperti romobongan orang-orang yang akan melaksanakan sholat ied...
Ada anak-anak kecil yang begitu nyaman dengan pakaian mereka, maasyaa' Alloh.
Berlari-lari kecil menggandeng tangan ibu  mereka...
Dan indahnya wanita-wanita bercadar, walau tak terlihat wajah dan bibir mereka,
Tetapi dengan gerakan mata dan alis mampu menggambarkan senyuman mereka ketika kita melihat dan menyapa mereka...
Maasyaa' Alloh...

Ya memang benar, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah...
Perhiasan indah letaknya tersembunyi, pun jika terlihat tak sembarang orang yang mampu menikmati keindahannya...
Ya benar kata anonim,
Bidadari tetaplah bidadari, meskipun ia tersembunyi...
Alhamdulillaah... nikmat berpakaian syar'i.

Tiba ku di ALIA
Ternyata ALIA adalah sekolah Islam yang bermanhaj salafushsholih,
Paradigma masyarakat bahwa salafi itu kolot, identik dengan jadul dan tempo dulu.
Sehingga banyak masyarakat yang lebih ingin sekolah di pondok modern ketimbang pondokan salaf,
Ternyata lagi-lagi salah kaprah akan pengertian salaf itu sendiri.
Karena disini, di ALIA ketika ku tiba mengayuh gas pada motorku..
ALIA terasa begitu modern, saat memasuki gerbang sudah ada masjid tanpa dinding dan diatasnya ada aula yang hanya disangga dengan pilar-pilar tiang,
Masjid dikhususkan untuk ikhwan dan aula untuk akhwat,
Bukan masjid yang berada dipojokan atau tersudutkan,
Tapi masjid yang ditampakkan untuk pengingat, bahwa inilah pondasi islam.
Masjid tesebut bernama Masjid Imam Asy Syafi'i.

Rupanya di ALIA ada 2 gerbang, gerbang depan masjid dan satu gerbang untuk masuk ke dalam area sekolah.
Ada beberapa lapangan dan bangunan bertingkat.
Bangunan pelajar akhwat dan ikhwan dibedakan untuk menjaga dari ikhtilat.
Dipinggir lapangan dan area parkir, berdiri stan-stan pedagang.
Barang yang didagang adalah pakaian sunnah, buku-buku sunnah, herbal dan berbagai macam makanan...

Teringat perkataan sepupuku, ketika kajian berikut-berikutnya ku ajak serta.
"oh, rupanya beli baju kaya na, disini yah... abis penasaran belinya dimana"
Dan aku hanya bisa tersenyum mendengarnya,
Syiar dakwah itu mudah, bahkan semudah pakaian yang menempel pada kita.
Tapi bukan berarti bermudah-mudahkan dakwah, apalagi tanpa ilmu.

ALIA seperti menjadi kampung sunnah di hiruk pikuk bonang,
Keberadaan masjid Asy syafi'i pun seperti magnet bagi sekitarnya.
Kajian-kajian rutin tiap pekan dan kajian tematik perbulannya memberikan contoh bahwa ilmu sumber kehidupan,
Panduan hidup yang Alloh ajarkan pada manusi termulia Muhammad sholallohu 'alaihi wasallaam.
Indahnya...
Alhamdulillaah bini'matihi tatimmushshoolihaah...

Semoga Alloh memberkahi para asatidz di ALIA,
Para orang tua dan masyarakat disekitarnya,
hingga rahmat Alloh menyebar pada semesta...

Semoga langkah ini tidak lelah untuk selalu datang di majlis ilmu ALIA,
Semoga jari ini tak pernah henti bertanya jadwal kajian pada panitia,
Semoga dengan amal yang sedikit ini bisa membumbung tinggi menggapai syurga..

~nina bintu muchtar~
diselesaikan pada 26 Dzulhijah 1437 H.

@bumi cinta 10102015